suatu waktu ada seorang alumni yang sudah sukses bercerita dengan nada sedikit meminta, agar mengembalikan kembali kejayaan sekolahnya, tempat dimana dirinya menuntut pondasi ilmu Agama sehingga mampu untuk setara dengan anak lulusan pondok pesantren. Artinya menuntut ilmu bisa dilakukan di tanah kelahirannya namun kualitasnya tidak kalah dengan mereka yang berpetualang ke kota nan jauh.
Memang jika dilihat lebih dalam meredupnya kualitas Madrasah yang sempat meraih santri ratusan ini, karena beberapa faktor, namun intinya hari ini telah terjadi perubahan yang sangat besar, diantaranya Orang tua sang murid yang terlalu memanjakan anaknya.
Seiring perkembangan teknologi dan informasi, ada satu yang kurang, yaitu langkah (cara) menempatkan dan memasukkan ilmu ke dalam jiwa yang sudah sangat langka dan jarang. Caranya memasukkan ilmu ini tidaklah mudah dan tidakpula setiap orang bisa. Tentunya karena butuh kesabaran, do'a dan tirakat yang luar biasa berupa istiqamah (kontinyuitas dalam amalan-amalan atau wirid tertentu).
Manusia merupakan mahluk yang luar biasa, dilihat dari fisiknya saja merupakan ciptaan terbaik, tapi jauh dalam tatanan kejiwaan manusia menyimpan berjuta rahasia dan dapat diketahui oleh orang-orang yang menguasai ilmu yang banyak tentunya.
Diantaranya, dalam kejiwaan manusia setiap satu dan lainnya berbeda, sehingga pengetahuan tentang perbedaan kejiwaan ini penting bagi seorang guru agar berhasil dalam mendidik para muridnya. Para pemikir merumuskan ada 4 unsur dalam tatanan kejiwaan manusia, yaitu Air, Tanah, Api, dan Udara. Pengertian unsur disini tenu akan sedikit berbeda dengan unsur yang dimaksud dalam ilmu kimia. unsur Air mislanya dalam ilmu kimia dijabarkan dengan 2 Atom Hidrogen dan 1 atom Oksiden, sehingga menjadi H20, namun unsur udara dan api, menjadi akibat reaksi. Sedangkan unsur tanah menyimpan berjuta-juta unsur yang lainnya. Artinya ini ada sedikit perbedaan maksud bagi kalangan pemikir dan Ilmuwan Kimia.
Tentunya sedikit ulasan tentang kejiwaan dan langkah dalam memasukkan keilmuwan dalam jiwa murid telah dikuasai oleh seorang Guru (Kiyai). Namun, karena akses informasi dan pemahaman orang kebanyakan, mereka sulit menelaah lebih dalam, sehingga semua serba abu-abu alias terlalu kritis tapi tanpa ilmu dalam mengkritisinya, layaknya orang Arab dahulu yang mengkritisi Nabi Muhammad SAW tanpa ilmu dan terjebak pada fisik dan kebiasaan manusia.
Contohnya saja, kasus kekerasan (pemukulan) pada murid, tentu sebagai orang tua harusnya melihat lebih dalam, mengapa terjadi hal itu, bukan hanya fokus pada pukulannya, dan yang terlebih penting yaitu siapa yang memukulnya. Jika sang Guru adalah seorang Kiyai yang betul alim dalam ranah keilmuwan dhahir dan batin maka tentunya harus berprasangka baik, namun sebaliknya jika yang melakukan kekerasan adalah Guru biasa yang mana kebanyakan dipicu oleh ketidak mampuan memahami peserta didik.
Maka, sebagai orang tua harusnya lebih jeli, jangan sampai dipukul sedikit saja sudah komplain. bayangkan orang tua dahulu, mereka malah berpesan pada sang guru untuk menyakiti anaknya, karena percaya pada sang guru (kiyai), jikalau memukul itu bukan sembarang pukulan. dipukul dhahirnya, namun bersamaan dengan pukulan itu doa, selalu mengiringinya untuk mampu menundukkan hawa nafsunya.
Berikut akan dihadirkan sebuah cerita untuk sebuah perenungan, ini cerita seorang Ulama Hebat ,silahkan disimak.
PENTINGNYA TARBIYYAH
Zaman dulu, Murid banyak yang berkah dan sukses. karena menerima tarbiyah dari sang guru, apapun bentuknya
Sejarah mencatat bahwa Sayyid Alawi al-Maliki (ayahanda dari Sayyid Muhammad al-Maliki), salah satu dari Pilar pengajar masjidil haram pernah bercerita tentang dirinya.
Aku menghafal Al Qur'an ditangan guruku As-Syekh Hassan As-Sunari (Syekh Hasan adalah Ahlul Qur'an, tidak pernah meninggalkan sedikitpun dari waktunya, kecuali selalu membaca Al Qur'an. Bahkan sampai dari lekatnya Al Qur'a di dadanya, beliau tidak pernah mengkosongkan diri dari Al Qur'an, kecuali Saat di kamar mandi. Konon beliau kalau di kamar mandi , beliau selalu menggigit lidahnya sampai sampai lidahnya berlobang terkena gigitan. Agar tidak sampai membaca Al Qur'an di kamar mandi). Konon beliau tegas dalam mendidik murid muridnya. Termasuknya Sayyid Alawi bin Abbas Al Maliki.
Saat itu Sayyid Alawi berumur antara 7/8 tahun, sudah menghafal Al Qur'an (adat ulama arab) ditangan As-Syekh Hasan As-Sunari. Pernah pada suatu hari tidak bisa masuk karena sakit, sehingga beberapa hari absen. Ketika beliau masuk langsung diperintahkan untuk mengulangi murojaah hafalan. Tapi karena tidak siap, beliau salah dalam membaca. Begitu terlihat tidak bisa membaca, langsung As-Syekh Hasan As-Sunari memukul wajahnya.
Akhirnya hidungnya, wajahnya berdarah,, beliau menangis pulang. Begitu pulang dalam keadaan menangis dan berdarah. Ibunya (As-Sayyidah Aisyah Kurdiyah) marah besar pingin melabrak Syekh Hasan (andaikan saja beliau lelaki). Dan saat itu tepat As-Sayyid Abbas tidak ada dirumah. Dan ketika As-Sayyid Abbas datang, sang ibu langsung lapor pada ayahnya dan meminta agar As-Sayyid Abbas melabrak malam ini juga.
Tapi Sayyid Abbas mendengar cerita itu dengan tanpa emosi dan Berkata:
طيب،، بكرة،، طيب بكرة. ماهو في يوم بكرة ..؟؟
Oya. Besok. Besok, bukan kah esok masih ada..??
Keesokan harinya Sayyid Abbas mengajak Sayyid Alawi kerumah As-Syekh Hasan. Pada saat itu As-Syekh Hasan sedang membaca Alquran, mushaf ada diatas dua pahanya.
Begitu terlihat yg datang adalah Sayyid Abbas, langsung As-Syekh gemetar takut, (Konon As-Sayid Abbas saat itu menjabat sebagai Qodhi, dan sering menjadi delegasi keluar negeri. Disamping orang 'Allamah, kaya, badan tegap dan di segani).
Sayyid Abbas membaca salam dan masuk dengan hormat, dan langsung duduk dibawah kursi sang syekh. Lalu beliau menyuruh duduk Sayyid Alawi.
اجلس أمام شيخك يا ولدي.
Setelah Sayyid Alawi duduk. Sayyid Abbas berkata:
قبل رجلي شيخك.
Cium kaki Syekh mu..
Lalu kakinya sang syekh dicium, lamaaaa sekali... Membuat sang Syekh as-Sunari bergetar menangis. Setelah itu sang syekh berkata :
قم يا علوي..!! وافتح فمك
ففتح السيد علوي فمه،، وبصق الشيخ فم السيد...
وقال : والله منذ ذا الحين،، اللى فى قلبي في قلبك.
Buka mulut mu nak !. Setelah itu, beliau Meludahi mulut Sayyid Alawi dan berkata : Mulai sekarang, apa yang ada didalam hatiku ada didalam hatimu.
Sejak dr peristiwa itu, Sayyid Alawi bisa langsung hafal,, dan umur 9 sudah hafal, dan dijadikan salah satu dari imam masjid haram.
Yang bisa dipetik dari cerita ini Adalah :
#1. Kesadaran orang tua pada usaha guru yang berusaha untuk mengangkat derajat anaknya. Maka usaha apapun yang dilakukan sang guru tidak mungkin lepas untuk maslahat anaknya. Maka jangan sampai tidak terima dengan perlakuannya.
#2. Tawadhu' dari orang tua kepada Murobbi. Jangan sampai masih memandang pada pangkatnya. Hendaknya orang tua bertawadu' pada guru anaknya.
#3. Kesabaran murid akan membawa keberhasilan