Friday, 20 January 2017

Menyoal Problematika Keilmuwan Sains Islam Sekarang






Manusia mengemban amanah khalifah, padahal secara kasat mata dibandingkan sekian banyak mahluk Allah yang berada di muka bumi ini justru manusia paling lemah dan tak berdaya. Manusia tak mampu berlari secepat kijang dan tak sekuat kuda yang sanggup memikul beban beberapa kali  lipat. Manusia kalah dengan onta yang sanggup tidak minum beberapa hari. Manusia tidak bisa seperti burung yang bisa terbang dan tidak dapat hidup di dalam lautan seperti ikan. Demikian beraneka kelemahan manusia, dibanding dengan mahluk lain.  


Seekor ular ataupun kalajengking meskipun terlihat ringkih tapi memiliki sengatan beracun yang membuat musuh gentar. Seekor banteng maupun kerbau memiliki tanduk dan serudukan yang mematikan, seekor buaya juga harimau memiliki gigi dan taring setajam silet. Tapi manusia senjata apa yang melekat pada dirinya.


Ternyata, dari pada itu semua. Allah mengajarkan nama-nama (pengertian). Inilah pintu gerbang pengetahuan. Karena tanpa pengetahuan pengertian itu tidak ada. Karena pengetahuan, manusia bisa mengarungi angkasa raya, meski tidak memiliki sayap. Manusia sanggup mengarungi samudra yang membentang luas, karena pengetahuan pula ia mampu memindahkan gunung atau meratakannya dengan tanah meski pada dasarnya ia adalah mahluk yang paling ringkih. Inilah buah dari ilmu pengetahuan. Pengetahuan telah melahirkan kekuatan juga kekuasaan. Pengetahuan telah mendudukkan manusia pada derajat sangat tinggi dan karenanya manusia layak untuk mengatur alam ini menjadi khalifah fil ardhi dan mengangkat derajat manusia. Ini juga ditandaskan dalam Al Qur an.


Perintah yang pertama kali turun adalah Iqra’. perintah untuk membaca, tapi maf’ulbih (objek) tidak disertakan pada perintah itu. Hal ini berarti bacalah segala apapun yang mampu dibaca baik Kauniahdan Qauliah. Namun jangan lupa membaca harus didasari oleh spirit bismirabbika(karena Tuhanmu). Maka bismirabbika berfungsi sebagai daya kontrol. Iqra’sebebas-bebasnya, sebagai kontrolnya bismirabbika. Inilah kehebatan konsep dalam islam.


Perhatikanlah orang-orang di dunia Barat dengan budayanya sering melakukan Iqra’ (pengamatan terhadap fenomena alam). Namun mereka tidak bismirabbika. Maka semakin pintar mereka semakin sombong dan jauh dari Tuhan. Sebaliknya yang terjadi di Dunia Islam, orang-orang Islam sering dan selalu bismirabbikatapi tidak Iqra’-Iqra’. Sehingga kemajuan ilmu pengetahuan berada di Barat (akibat semangat penelitian / Iqra’-nya).


Bukannya tidak ada orang islam yang pandai. Namun, kebanyakan hari ini otaknya yang penuh tapi hatinya kosong. Maka yang terjadi adalah ketidaksinergian antara fakultas pikir dan dzikir. Sehingga kebangkitan perabadan itu sulit jika mulai dipisahkan antara pikir dan dzikir.


Ilmu yang manfa’at hanya tumbuh kalau orang punya khasyatullah.Ilmunya berubah menjadi cahaya hati, cahaya hidup. Adanya khasyatullahmaka ilmu akan dibarengi dengan mas’uliyatul ‘ilm (pertanggung jawaban ilmu tersebut). Karena ilmu itu sesuatu, dan pertanggung jawaban ilmu adalah sesuatu yang lain.


Mas’uliyatul ‘ilm itu bukanlah karena banyaknya tumpukan kitab, melainkan hidayah dari Allah SWT. Orang yang ilmunya tambah tinggi tapi tidak dibarengi hidayah, maka ilmu yang sebenarnya menuju Allah, dia akan menjauhi Allah SWT. Semestinya, orang pintar semakin dekat kepada Allah, tapi kenyataannya tidak demikian.


Ilmu yang tidak berdasarkan hidayah, maka ilmu itu akan disaut oleh nafsunya digunakan sesuai kehendak nafsunya dan bukan kehendak dirinya. Maka, ciri ilmu yang bermanfa’at adalah ilmu menjadi amal dan ketika mengamalkan mencari landasannya. Terciptalah ilmu ‘amaliayah dan amal ilmiah.


Terkadang kita sudah dapat ilmu tapi tidak amaliah, dia tahu bahwa itu salah, tapi ilmunya tidak menjadikannya amal. Maka dari itu sabda Rasulullah –kurang lebih maksudnya sebagai berikut-, ”orang yang punya ilmu sedikit terus diamalkan (dikerjakan), setiap mengerjakan amal dicarikan landasannya, ilmu ke amal dan amal ke ilmu, maka Allah akan hadir dalam hati orang itu, bukan mengajarinya dengan perantaraan tulis baca,  tapi Dia  (Allah) mengajarkan kepadanya apa yang tidak diketahuinya (dengan berbagai cara)”.


Kebanyakan generasi sekarang otaknya yang penuh hatinya kosong, maka pintar tapi belum benar. Ilmu sudah masuk tapi hidayah belum masuk. Orang yang pintar akalnya sudah penuh, hatinya kosong. Kenapa yang diisi akalnya, harusnya diisi hatinya (dzikir).


Bermula dari Iqra’ lahirlah kemajuan yang pesat. Namun bukan hanya Iqra’ saja, pada awal mula penyebaran Islam 13 tahun di Makkah Rasulullah menanamkan memperkuat akidah keyakian sebagai pondasi bangunan yang hendak dibangun. Jika pondasinya tidak kuat, maka bangunan ini mudah runtuh. Pada periode selanjutnya 10 tahun di Madinah masalah sosial.


Al Qur an memberikan perintah untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang dimulai dari riset.
Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah. (QS. Al-Mulk 3-4).


Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang penelitian. Karena untuk menafsirkan ayat ini tidak menggunakan tafsir, tapi ilmu pengetahuan (penelitian). Namun sampai sa’at ini belum jelas total ayat keempat itu dibuktikan.



Pengetahuan muncul karena manusia merasa heran dengan alam ini. maka Al Qur an memberikan instruksi cari kecacatan alam semesta ini !. tapi hal itu mustahil untuk didapatkan, seperti jawaban Allah pada ayat selanjutnya niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah. Perkembangan pengetahuan juga ditopang oleh alat ukur (dalam bidang science/ilmu pasti). Sementara alat ukur dipengaruhi oleh banyak faktor. Semakin kebelakang penyelidikian (riset) tentang alam semakin menarik karena menuju mikro. Dari mikro, nano, piko, dan femto. Maka islam tidak akan pernah kalah dengan zaman. Al Qur an sangat cocok untuk perkembangan zaman. Lihatlah dzarrah, sampai hari ini dzarrah itu belum bisa diartikan secara pasti. Bisa saja struktur atom pada bagian inti yang terdiri dari proton dan neutron, seiring perkembangan pemikiran para ilmuwan bertambah, maka konsep dzarrah pun tidak akan pernah ketinggalan zaman. Namun ingatlah alat harus diperalat!!!.

(Potongan tulisan yang pernah dimuat di buku "Catatan Perindu Kebangkitan Islam" oleh SS -Saya Sendiri-)

No comments:

Post a Comment